Page 2 – Deureuham, biasa diucapkan dengan Dirham, adalah mata uang yang secara resmi digunakan dalam perdagangan di, Mata uang ini berupa kepingan emas yang bertuliskan lafal tertentu dalam bahasa Arab ( jawoe ). Peninggalan mata uang ini pada saat ini kerap ditemukan di bawah permukaan tanah di sekitar bekas pusat Kesultanan Pasai di Kecamatan, kabupaten,
Lihat jawaban lengkap
Komoditas utama adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam.
Lihat jawaban lengkap
Mengapa koin emas dinar dan perak dirham menjadi mata uang yang resmi sepanjang sejarah Islam?
Tentang Dinar – Dinar modern merujuk pada mata uang yang digunakan oleh negara-negara yang mayoritas berbahasa Arab. Sementara Dinar dalam arti lain merujuk pada koin emas yang sesuai dengan syari’ah Islam. Ini yang menjadi fokus tim penulis yakni Dinar emas dan Dirham perak sebagai koin yang masih berlaku hingga sekarang, bukan sebagai mata uang resmi—meski masih dapat dikaitkan.
Dinar sebagai koin uang, terbuat dari emas murni yang memiliki berat 1 mitsqal atau setara dengan 4,5 gram atau bisa juga disebut 1/7 troy ounce. Namun World Islamic (WIM) lebih setuju dengan pendapat Syaikh Yusuf Qardhawi yang menetapkan 1 Dinar memiliki berat 4,25 gram. Ketentuan ini juga diikuti oleh beberapa pihak lain seperti Kerajaan Kelantan di Malaysia, Wakala Induk Nusantara di Indonesia, dan Gerai Dinar di Indonesia.
Perlu diketahui bahwa Mitsqal dan troy ounce adalah dua standar yang biasa digunakan untuk menghitung koin Dinar maupun Dirham. Mitsqal adalah satuan berat yang ditakar berdasarkan jumlah biji gandum Barley yang banyak ditemukan di negara-negara Arab dan Romawi.
- Sesuai ketentuan, 1 Mitsqal setara dengan 72 biji gandum yang dipotong kedua ujungnya.
- Sementara troy ounce adalah standar berat yang paling umum digunakan untuk menimbang berat logam mulia, seperti emas batangan, serta koin Dinar dan Dirham.
- Troy ounce juga sudah diadopsi sejak zaman dahulu tepatnya sejak Dinasti Romawi, Yunani dan Persia karena memang perhitungannya lebih mudah.
Ini juga yang menjadikan troy ounce lebih banyak digunakan dalam skala global. Sebagai catatan, 1 troy ounce sendiri setara dengan 7 Mitsqal yang mendasari perhitungan 1/10 dan 1/7 dalam perhitungan Dinar dan Dirham. Secara lebih lanjut, kaum muslimin menggunakan emas Dinar yang merupakan model cetakan koin dari bangsa Persia.
Oin awal yang digunakan oleh muslimin untuk membuat Dinar justru dari duplikat dari Dirham perak Yezdigird III dari Sassania yang dicetak di bawah otoritas khalifah Umar Radhiyallahu Anhu. Saat itu Dinar lebih dikenal dengan sebutan denarius. Selanjutnya, Dinar emas mengalami modifikasi dengan penulisan lafadz ‘bismillah’.
Sejak itu kata ‘bismillah’ dan ayat dari Alqur’an menjadi suatu hal yang lumrah ditemukan pada koin yang dicetak oleh kaum muslimin. Koin emas Dinar dan perak Dirham menjadi mata uang yang resmi sepanjang sejarah Islam hingga jatuhnya Kesultanan Utsmaniyah dan kesultanan muslim lainnya.
Lihat jawaban lengkap
Mengapa Kesultanan Samudera Pasai mengeluarkan uang dirham?
Dirham (Sumber: Wikimedia Commons) JAKARTA – Koin dirham bukan barang baru di Indonesia, Deureuham atau dirham telah hadir di Nusantara sejak abad ke-13. Kedatangan para pedagang dari jazirah Arab jadi muasalnya. Bahkan, Kesultanan Samudera Pasai (Aceh) telah mengakui dirham sebagai alat tukar resmi, baik untuk domestik maupun internasional.
- Dalam bingkai itu dirham kemudian jadi lambang persatuan Islam.
- Utamanya sebagai simbol betapa kuatnya Islam di Nusantara.
- Dalam sejarahnya, dirham berasal dari bahasa Yunani, “drachma” yang berarti perak cetakan.
- Akan tetapi, istilah itu berkembang di Indonesia.
- Amus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mencatat artian dirham sebagai mata uang emas atau perak.
Bukti itu didukung oleh banyak koin dirham yang ditemukan di Indonesia pada masa lampau adalah berbahan dasar emas. Dan Kesultanan Samudera Pasai jadi aktor utama yang melanggengkan penggunaan dirham dalam aktivitas perekonomian. Sebagai Bandar dagang yang maju, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang sebagai alat pembayaran.
- Salah satu di antaranya yang terbuat dari emas adalah uang dirham.
- Uang dirham ini menunjukkan sejarah raja-raja Samudera Pasai.
- Sebab, di mata uang itu tertera dengan jelas nama-nama raja yang pernah memerintah Kerajaan Islam paling kesohor di Nusantara.
- Dikutip Salman Alrosyid dalam buku Perkembangan Uang Dalam Sejarah Indonesia (2018), uang dirham dicetak pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Muhammad yang bergelar Malik At-Tahir (1297-1326), tepatnya 1297.
Pembuatan dirham secara sengaja mengikuti bangsa Timur Tengah yang menggunakan mata uang sama. Uang dirham pun memiliki berat yang berbeda-beda, sesuai nominalnya. Biasanya ada dirham dengan berat emas sebesar 0,30 gram hingga 0,60 gram. Uang tersebut juga bertuliskan nama sultan yang berkuasa. Uang dirham (Sumber: Wikimedia Commons) “Mata uang yang juga merupakan benda cagar budaya adalah mata uang emas (dirham) yang ditemukan dari Samudera Pasai, Aceh. Hasil penelitian H.K.J Cowan mengenai mata uang emas tersebut dapat menambah keterangan sejarah Kerajaan Samudera Pasai yang pernah dikemukakan oleh Moquette dan ahli lainnya.
- Mata uang yang ditemukan itu memuat nama Sultan Alauddin, Sultan Mansur Malik al-Zahir, Sultan Abu Zaid, dan Sultan Abdullah,” ungkap Uka Tjandrasasmita dalam buku Arkeologi Islam Nusantara (2009).
- Uka Tjandrasasmita menambahkan, pada awal tahun 1973, di penggalian situs bersejarah Aceh juga ditemukan sebelas mata uang dirham.
Di antara dirham yang ditemukan, terdapat uang yang memuat nama Muhammad Malik Az-Zahir, Sultah Ahmad, Sultan Abdullah. Seluruhnya adalah sultan-sultan Samudera Pasai pada abad ke-14 dan 15. Semua bukti itu memuat narasi bahwa Samudera Pasai begitu masyhur perihal perniagaan dan pelayarannya.
Lihat jawaban lengkap
Mengapa koin emas dinar dan perak dirham menjadi mata uang yang resmi sepanjang sejarah Islam?
Tentang Dinar – Dinar modern merujuk pada mata uang yang digunakan oleh negara-negara yang mayoritas berbahasa Arab. Sementara Dinar dalam arti lain merujuk pada koin emas yang sesuai dengan syari’ah Islam. Ini yang menjadi fokus tim penulis yakni Dinar emas dan Dirham perak sebagai koin yang masih berlaku hingga sekarang, bukan sebagai mata uang resmi—meski masih dapat dikaitkan.
Dinar sebagai koin uang, terbuat dari emas murni yang memiliki berat 1 mitsqal atau setara dengan 4,5 gram atau bisa juga disebut 1/7 troy ounce. Namun World Islamic (WIM) lebih setuju dengan pendapat Syaikh Yusuf Qardhawi yang menetapkan 1 Dinar memiliki berat 4,25 gram. Ketentuan ini juga diikuti oleh beberapa pihak lain seperti Kerajaan Kelantan di Malaysia, Wakala Induk Nusantara di Indonesia, dan Gerai Dinar di Indonesia.
Perlu diketahui bahwa Mitsqal dan troy ounce adalah dua standar yang biasa digunakan untuk menghitung koin Dinar maupun Dirham. Mitsqal adalah satuan berat yang ditakar berdasarkan jumlah biji gandum Barley yang banyak ditemukan di negara-negara Arab dan Romawi.
Sesuai ketentuan, 1 Mitsqal setara dengan 72 biji gandum yang dipotong kedua ujungnya. Sementara troy ounce adalah standar berat yang paling umum digunakan untuk menimbang berat logam mulia, seperti emas batangan, serta koin Dinar dan Dirham. Troy ounce juga sudah diadopsi sejak zaman dahulu tepatnya sejak Dinasti Romawi, Yunani dan Persia karena memang perhitungannya lebih mudah.
Ini juga yang menjadikan troy ounce lebih banyak digunakan dalam skala global. Sebagai catatan, 1 troy ounce sendiri setara dengan 7 Mitsqal yang mendasari perhitungan 1/10 dan 1/7 dalam perhitungan Dinar dan Dirham. Secara lebih lanjut, kaum muslimin menggunakan emas Dinar yang merupakan model cetakan koin dari bangsa Persia.
Oin awal yang digunakan oleh muslimin untuk membuat Dinar justru dari duplikat dari Dirham perak Yezdigird III dari Sassania yang dicetak di bawah otoritas khalifah Umar Radhiyallahu Anhu. Saat itu Dinar lebih dikenal dengan sebutan denarius. Selanjutnya, Dinar emas mengalami modifikasi dengan penulisan lafadz ‘bismillah’.
Sejak itu kata ‘bismillah’ dan ayat dari Alqur’an menjadi suatu hal yang lumrah ditemukan pada koin yang dicetak oleh kaum muslimin. Koin emas Dinar dan perak Dirham menjadi mata uang yang resmi sepanjang sejarah Islam hingga jatuhnya Kesultanan Utsmaniyah dan kesultanan muslim lainnya.
Lihat jawaban lengkap
Apa itu mata uang emas?
Dirham (Sumber: Wikimedia Commons) JAKARTA – Koin dirham bukan barang baru di Indonesia, Deureuham atau dirham telah hadir di Nusantara sejak abad ke-13. Kedatangan para pedagang dari jazirah Arab jadi muasalnya. Bahkan, Kesultanan Samudera Pasai (Aceh) telah mengakui dirham sebagai alat tukar resmi, baik untuk domestik maupun internasional.
Dalam bingkai itu dirham kemudian jadi lambang persatuan Islam. Utamanya sebagai simbol betapa kuatnya Islam di Nusantara. Dalam sejarahnya, dirham berasal dari bahasa Yunani, “drachma” yang berarti perak cetakan. Akan tetapi, istilah itu berkembang di Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mencatat artian dirham sebagai mata uang emas atau perak.
Bukti itu didukung oleh banyak koin dirham yang ditemukan di Indonesia pada masa lampau adalah berbahan dasar emas. Dan Kesultanan Samudera Pasai jadi aktor utama yang melanggengkan penggunaan dirham dalam aktivitas perekonomian. Sebagai Bandar dagang yang maju, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang sebagai alat pembayaran.
- Salah satu di antaranya yang terbuat dari emas adalah uang dirham.
- Uang dirham ini menunjukkan sejarah raja-raja Samudera Pasai.
- Sebab, di mata uang itu tertera dengan jelas nama-nama raja yang pernah memerintah Kerajaan Islam paling kesohor di Nusantara.
- Dikutip Salman Alrosyid dalam buku Perkembangan Uang Dalam Sejarah Indonesia (2018), uang dirham dicetak pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Muhammad yang bergelar Malik At-Tahir (1297-1326), tepatnya 1297.
Pembuatan dirham secara sengaja mengikuti bangsa Timur Tengah yang menggunakan mata uang sama. Uang dirham pun memiliki berat yang berbeda-beda, sesuai nominalnya. Biasanya ada dirham dengan berat emas sebesar 0,30 gram hingga 0,60 gram. Uang tersebut juga bertuliskan nama sultan yang berkuasa. Uang dirham (Sumber: Wikimedia Commons) “Mata uang yang juga merupakan benda cagar budaya adalah mata uang emas (dirham) yang ditemukan dari Samudera Pasai, Aceh. Hasil penelitian H.K.J Cowan mengenai mata uang emas tersebut dapat menambah keterangan sejarah Kerajaan Samudera Pasai yang pernah dikemukakan oleh Moquette dan ahli lainnya.
- Mata uang yang ditemukan itu memuat nama Sultan Alauddin, Sultan Mansur Malik al-Zahir, Sultan Abu Zaid, dan Sultan Abdullah,” ungkap Uka Tjandrasasmita dalam buku Arkeologi Islam Nusantara (2009).
- Uka Tjandrasasmita menambahkan, pada awal tahun 1973, di penggalian situs bersejarah Aceh juga ditemukan sebelas mata uang dirham.
Di antara dirham yang ditemukan, terdapat uang yang memuat nama Muhammad Malik Az-Zahir, Sultah Ahmad, Sultan Abdullah. Seluruhnya adalah sultan-sultan Samudera Pasai pada abad ke-14 dan 15. Semua bukti itu memuat narasi bahwa Samudera Pasai begitu masyhur perihal perniagaan dan pelayarannya.
Lihat jawaban lengkap
Apa itu uang dirham?
Dirham (Sumber: Wikimedia Commons) JAKARTA – Koin dirham bukan barang baru di Indonesia, Deureuham atau dirham telah hadir di Nusantara sejak abad ke-13. Kedatangan para pedagang dari jazirah Arab jadi muasalnya. Bahkan, Kesultanan Samudera Pasai (Aceh) telah mengakui dirham sebagai alat tukar resmi, baik untuk domestik maupun internasional.
- Dalam bingkai itu dirham kemudian jadi lambang persatuan Islam.
- Utamanya sebagai simbol betapa kuatnya Islam di Nusantara.
- Dalam sejarahnya, dirham berasal dari bahasa Yunani, “drachma” yang berarti perak cetakan.
- Akan tetapi, istilah itu berkembang di Indonesia.
- Amus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mencatat artian dirham sebagai mata uang emas atau perak.
Bukti itu didukung oleh banyak koin dirham yang ditemukan di Indonesia pada masa lampau adalah berbahan dasar emas. Dan Kesultanan Samudera Pasai jadi aktor utama yang melanggengkan penggunaan dirham dalam aktivitas perekonomian. Sebagai Bandar dagang yang maju, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang sebagai alat pembayaran.
Salah satu di antaranya yang terbuat dari emas adalah uang dirham. Uang dirham ini menunjukkan sejarah raja-raja Samudera Pasai. Sebab, di mata uang itu tertera dengan jelas nama-nama raja yang pernah memerintah Kerajaan Islam paling kesohor di Nusantara. Dikutip Salman Alrosyid dalam buku Perkembangan Uang Dalam Sejarah Indonesia (2018), uang dirham dicetak pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Muhammad yang bergelar Malik At-Tahir (1297-1326), tepatnya 1297.
Pembuatan dirham secara sengaja mengikuti bangsa Timur Tengah yang menggunakan mata uang sama. Uang dirham pun memiliki berat yang berbeda-beda, sesuai nominalnya. Biasanya ada dirham dengan berat emas sebesar 0,30 gram hingga 0,60 gram. Uang tersebut juga bertuliskan nama sultan yang berkuasa. Uang dirham (Sumber: Wikimedia Commons) “Mata uang yang juga merupakan benda cagar budaya adalah mata uang emas (dirham) yang ditemukan dari Samudera Pasai, Aceh. Hasil penelitian H.K.J Cowan mengenai mata uang emas tersebut dapat menambah keterangan sejarah Kerajaan Samudera Pasai yang pernah dikemukakan oleh Moquette dan ahli lainnya.
- Mata uang yang ditemukan itu memuat nama Sultan Alauddin, Sultan Mansur Malik al-Zahir, Sultan Abu Zaid, dan Sultan Abdullah,” ungkap Uka Tjandrasasmita dalam buku Arkeologi Islam Nusantara (2009).
- Uka Tjandrasasmita menambahkan, pada awal tahun 1973, di penggalian situs bersejarah Aceh juga ditemukan sebelas mata uang dirham.
Di antara dirham yang ditemukan, terdapat uang yang memuat nama Muhammad Malik Az-Zahir, Sultah Ahmad, Sultan Abdullah. Seluruhnya adalah sultan-sultan Samudera Pasai pada abad ke-14 dan 15. Semua bukti itu memuat narasi bahwa Samudera Pasai begitu masyhur perihal perniagaan dan pelayarannya.
Lihat jawaban lengkap
Mengapa Kesultanan Samudera Pasai mengeluarkan uang dirham?
Dirham (Sumber: Wikimedia Commons) JAKARTA – Koin dirham bukan barang baru di Indonesia, Deureuham atau dirham telah hadir di Nusantara sejak abad ke-13. Kedatangan para pedagang dari jazirah Arab jadi muasalnya. Bahkan, Kesultanan Samudera Pasai (Aceh) telah mengakui dirham sebagai alat tukar resmi, baik untuk domestik maupun internasional.
Dalam bingkai itu dirham kemudian jadi lambang persatuan Islam. Utamanya sebagai simbol betapa kuatnya Islam di Nusantara. Dalam sejarahnya, dirham berasal dari bahasa Yunani, “drachma” yang berarti perak cetakan. Akan tetapi, istilah itu berkembang di Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mencatat artian dirham sebagai mata uang emas atau perak.
Bukti itu didukung oleh banyak koin dirham yang ditemukan di Indonesia pada masa lampau adalah berbahan dasar emas. Dan Kesultanan Samudera Pasai jadi aktor utama yang melanggengkan penggunaan dirham dalam aktivitas perekonomian. Sebagai Bandar dagang yang maju, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang sebagai alat pembayaran.
- Salah satu di antaranya yang terbuat dari emas adalah uang dirham.
- Uang dirham ini menunjukkan sejarah raja-raja Samudera Pasai.
- Sebab, di mata uang itu tertera dengan jelas nama-nama raja yang pernah memerintah Kerajaan Islam paling kesohor di Nusantara.
- Dikutip Salman Alrosyid dalam buku Perkembangan Uang Dalam Sejarah Indonesia (2018), uang dirham dicetak pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Muhammad yang bergelar Malik At-Tahir (1297-1326), tepatnya 1297.
Pembuatan dirham secara sengaja mengikuti bangsa Timur Tengah yang menggunakan mata uang sama. Uang dirham pun memiliki berat yang berbeda-beda, sesuai nominalnya. Biasanya ada dirham dengan berat emas sebesar 0,30 gram hingga 0,60 gram. Uang tersebut juga bertuliskan nama sultan yang berkuasa. Uang dirham (Sumber: Wikimedia Commons) “Mata uang yang juga merupakan benda cagar budaya adalah mata uang emas (dirham) yang ditemukan dari Samudera Pasai, Aceh. Hasil penelitian H.K.J Cowan mengenai mata uang emas tersebut dapat menambah keterangan sejarah Kerajaan Samudera Pasai yang pernah dikemukakan oleh Moquette dan ahli lainnya.
- Mata uang yang ditemukan itu memuat nama Sultan Alauddin, Sultan Mansur Malik al-Zahir, Sultan Abu Zaid, dan Sultan Abdullah,” ungkap Uka Tjandrasasmita dalam buku Arkeologi Islam Nusantara (2009).
- Uka Tjandrasasmita menambahkan, pada awal tahun 1973, di penggalian situs bersejarah Aceh juga ditemukan sebelas mata uang dirham.
Di antara dirham yang ditemukan, terdapat uang yang memuat nama Muhammad Malik Az-Zahir, Sultah Ahmad, Sultan Abdullah. Seluruhnya adalah sultan-sultan Samudera Pasai pada abad ke-14 dan 15. Semua bukti itu memuat narasi bahwa Samudera Pasai begitu masyhur perihal perniagaan dan pelayarannya.
Lihat jawaban lengkap