Jelaskan Risiko Yang Dihadapi Saat Pembayaran Dengan Uang Elektronik?

Jelaskan Risiko Yang Dihadapi Saat Pembayaran Dengan Uang Elektronik
​ Di tahun-tahun terakhir, inovasi pada instrumen pembayaran elektronis dengan menggunakan kartu telah berkembang menjadi bentuk yang lebih praktis. Saat ini di Indonesia sedang berkembang suatu instrumen pembayaran yang dikenal dengan uang elektronik.

Walaupun memuat karakteristik yang sedikit berbeda dengan instrumen pembayaran lainnya seperti kartu kredit dan kartu ATM/Debit, namun penggunaan instrumen ini tetap sama dengan kartu kredit dan kartu ATM/Debit yaitu ditujukan untuk pembayaran. Secara sederhana, uang elektronik didefinisikan sebagai alat pembayaran dalam bentuk elektronik dimana nilai uangnya disimpan dalam media elektronik tertentu.

Penggunanya harus menyetorkan uangnya terlebih dahulu kepada penerbit dan disimpan dalam media elektronik sebelum menggunakannya untuk keperluan bertransaksi. Ketika digunakan, nilai uang elektronik yang tersimpan dalam media elektronik akan berkurang sebesar nilai transaksi dan setelahnya dapat mengisi kembali (top-up).

  1. Media elektronik untuk menyimpan nilai uang elektronik dapat berupa chip atau server.
  2. Penggunaan uang elektronik ini sebagai alat pembayaran yang inovatif dan praktis diharapkan dapat membantu kelancaran pembayaran kegiatan ekonomi yang bersifat massal, cepat dan mikro, sehingga perkembangannya dapat membantu kelancaran transaksi di jalan tol, di bidang transportasi seperti kereta api maupun angkutan umum lainnya atau transaksi di minimarket, food court, atau parkir.

Perkembangan uang elektronik diharapkan pula dapat digunakan sebagai alternatif alat pembayaran non tunai yang dapat menjangkau masyarakat yang selama ini belum mempunyai akses kepada sistem perbankan. Definisi Uang Elektronik (Electronic Money) didefinisikan sebagai alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit; nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip;dan nilai uang elektronik yang di kelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tanggal 13 April 2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money). Surat Edaran Bank Indonesia No.11/11/DASP tanggal 13 April 2009 perihal Uang Elektronik (Electronic Money).​

Manfaat Uang Elektronik Penggunaan Uang Elektronik sebagai alat pembayaran dapat memberikan manfaat sebagai berikut: Memberikan kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi transaksi pembayaran tanpa perlu membawa uang tunai. Tidak lagi menerima uang kembalian dalam bentuk barang (seperti permen) akibat padagang tidak mempunyai uang kembalian bernilai kecil (receh).

Risiko uang elektronik hilang dan dapat digunakan oleh pihak lain, karena pada prinsipnya uang elektronik sama seperti uang tunai yang apabila hilang tidak dapat diklaim kepada penerbit.Risiko karena masih kurang pahamnya pengguna dalam menggunakan uang elektronik, seperti pengguna tidak menyadari uang elektronik yang digunakan ditempelkan 2 (dua) kali pada reader untuk suatu transaksi yang sama sehingga nilai uang elektronik berkurang lebih besar dari nilai transaksi.​​

Jenis Uang Elektronik dan Batas Nilai Uang Elektronik

Jenis uang elektronik berdasarkan tercatat atau tidaknya data identitas pemegang pada penerbit Uang Elektronik dibagi menjadi : Uang Elektronik registered, merupakan Uang Elektronik yang data identitas pemegangnya tercatat/terdaftar pada penerbit Uang Elektronik. Dalam kaitan ini, penerbit harus menerapkan prinsip mengenal nasabah dalam menerbitkan Uang Elektronik Registered. Batas maksimum nilai Uang Elektronik yang tersimpan pada media chip atau server untuk jenis registered adalah Rp5.000.000,00 (lima juta Rupiah).Uang Elektronik unregistered, merupakan Uang Elektronik yang data identitas pemegangnya tidak tercatat/terdaftar pada penerbit Uang Elektronik. Batas maksimum nilai Uang Elektronik yang tersimpan pada media chip atau server untuk jenis unregistered adalah Rp1.000.000,00 (satu juta Rupiah).

Pihak-Pihak dalam Penyelenggaraan Uang Elektronik

Pemegang kartu adalah pengguna yang sah dari Uang Elektronik. Prinsipal adalah bank atau lembaga selain bank yang bertanggung jawab atas pengelolaan sistem dan/atau jaringan antar anggotanya, baik yang berperan sebagai penerbit dan/atau acquirer, dalam transaksi Uang Elektronik yang kerjasama dengan anggotanya didasarkan atas suatu perjanjian tertulis.Penerbit adalah bank atau lembaga selain bank yang menerbitkan Uang Elektronik. Acquirer adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan kerjasama dengan pedagang (merchant), yang dapat memproses Uang Elektronik yang diterbitkan oleh pihak lain.Pedagang (merchant) adalah penjual barang dan/atau jasa yang menerima pembayaran dari transaksi penggunaan Uang Elektronik. Penyelenggara kliring adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan perhitungan hak dan kewajiban keuangan masing-masing penerbit dan/atau acquirer dalam rangka transaksi Uang Elektronik. Penyelenggara penyelesaian akhir adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan dan bertanggungjawab terhadap penyelesaian akhir atas hak dan kewajiban keuangan masing-masing penerbit dan/atau acquirer dalam rangka transaksi Uang Elektronik berdasarkan hasil perhitungan dari penyelenggara kliring.

Lihat jawaban lengkap

Contents

Apa yang menjadi pemicu berkembangnya penggunaan uang elektronik?

JAKARTA, KOMPAS.com – Penggunaan uang elektronik di tengah-tengah masyarakat Indonesia semakin populer. Uang elektronik dinilai memberikan kemudahan dan keamanan dalam bertransaksi. Namun, sudahkah Anda tahu dan pahami bagaimana uang elektronik bisa muncul dan berkembang? Menurut Pengamat Ekonomi Syariah Institut Pertanian Bogor (IPB) Irfan Syauqi Beik, ada beberapa hal atau faktor yang melatari munculnya uang elektronik, yakni karena teknologi maupun karena kebutuhan.

Baca juga: Transaksi Uang Elektronik Perbankan Meningkat, Ada yang Naik 211 Persen “Saya kira kehadiran uang elektronik ini sebenarnya akibat dipengaruhi dua hal,” kata Irfan kepada Kompas.com, Selasa (2/4/2019). Irfan menjelaskan, faktor pertama adalah perkembangan teknologi digital yang sangat pesat.

Kedua, masyarakat menginginkan kemudahan dan keamanan dalam bertransakasi. Sehingga kombinasi dari kedua aspek ini yang membuat permintaan dan penggunaan uang elektronik semakin meningkat. Baca juga: Ada 37 Uang Elektronik yang Ada di Indonesia, Apa Saja? “Jadi Ini adalah suatu keniscayaan dan tren akibat transformasi digital.

  • Akibat era (inovasi) disrutif kan salah satunya cashless transaction semakin meningkat,” ujarnya.
  • Irfan menilai, meningkatnya transaksi nontunai dan permintaan uang elektronik karena dianggap memberikan manfaat lebih bagi publik dibandingkan uang kertas.
  • Misalnya kemudahan dalam berbelanja atau bertransaksi.

“Saya kira perkembangan dari uang elektronik ini (untuk) segala pembayaran itu memang bagian dari kebutuhan masyarakat hari ini,” sebutnya. Baca juga: Benarkah Uang Elektronik itu Riba? Tak dimungkiri lagi, potensi ini sudah dilirik perbankan maupun perusahaan layanan keuangan nonbank untuk menyediakan uang elektronik.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memastikan kelancaran sistem pembayaran tetap terpelihara baik dari sisi tunai maupun nontunai pada Februari 2019. Bank sentral juga mengungkapan ada peningkatan tajam dan signifikan untuk pembayaran nontunai. “Penggunaan uang elektronik mengalami pertumbuhan mencapai 66,6 persen (dibandingkan Februari 2019),” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko, Jakarta, Kamis (21/3/2019).

Baca juga: Uang Elektronik Kian Populer, Penggunaanya Naik 66,6 Persen BI menyebut penggunaan uang elektronik di masyarakat Indonesia semakin populer saat ini. Hal itu seiring dengan perkembangan era digital. “Terutama sebagai instrumen pembayaran untuk moda transportasi dan e-commerce,” kata dia.

  • Penggunaan ATM debit masih mendominasi transaksi sistem pembayaran ritel dengan pangsa 94,8 persen dan pertumbuhan 15,4 persen secara tahunan.
  • Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com.
  • Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join.

Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Lihat jawaban lengkap

Apakah keuntungan jika menggunakan sistem pembayaran elektronik?

Kelebihan – Kelebihan yang ditawarkan oleh uang elektronik adalah:

  1. Banyak Promo Menarik Ada banyak promo menarik yang biasa diberikan oleh provider uang elektronik, terutama pada saat hari-hari besar. Selain itu, ada juga cashback maupun diskon ketika Anda melakukan transaksi dalam jumlah tertentu.
  2. Pembayaran Lebih Efisien dan Akurat Salah satu kelebihan uang elektronik adalah lebih efisien dan akurat dalam pembayaran. Anda akan menghemat waktu ketika bertransaksi karena tidak perlu menunggu kembalian uang. Selain itu, nominal yang dibayarkan pun tidak mungkin salah karena diproses oleh sistem.
  3. Lebih Ringkas Anda tidak perlu membawa banyak uang tunai di dalam dompet sehingga lebih ringan dan aman. Cukup bawa seperlunya saja karena pembayaran barang belanjaan dapat dicover oleh uang elektronik hingga Rp1 juta atau Rp2 juta.

Lihat jawaban lengkap

Apa saja resiko dalam sistem pembayaran?

Halo Nada N, Kakak bantu jawab ya 🙂 Jawaban: Risiko dalam penerapan sistem pembayaran meliputi risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, dan risiko sistemik. Penjelasan: Penerapan sistem pembayaran dapat mengalami risiko yang dapat terjadi karena gagalnya suatu bank besar untuk menyanggupi pembayaran dalam jumlah yang besar yang dapat menimbulkan kegagalan serupa bagi bank yang lain.

  • Berikut merupakan berbagai macam risiko dalam penerapan sistem pembayaran: 1.
  • Risiko kredit terjadi pada saat peserta yang terlibat dalam sistem pembayaran tidak dapat membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo atau di masa yang akan datang.2.
  • Risiko likuiditas terjadi pada saat peserta yang terlibat dalam sistem pembayaran kekurangan dana untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo atau di masa yang akan datang.3.
You might be interested:  Orang Yang Memberikan Pinjaman Hukumnya ?

Risiko operasional terjadi ketika terdapat kesalahan fungsi teknis atau operasional yang dapat memperburuk risiko kredit dan risiko likuiditas.4. Risiko hukum terjadi apabila kerangka hukum lemah atau adanya ketidakpastian hukum sehingga memperburuk risiko kredit dan risiko likuiditas.5.

  1. Risiko sistemik terjadi pada saat salah satu peserta yang terlibat dalam sistem pembayaran tidak mampu membayar kewajibannya yang kemudian dapat menyebabkan peserta lain tidak memiliki kemampuan serupa dalam membayar kewajiban sehingga dapat membahayakan sistem keuangan.
  2. Jadi, risiko dalam penerapan sistem pembayaran meliputi risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, dan risiko sistemik.

Semoga membantu Nada N, semangat 🙂 –
Lihat jawaban lengkap

Mengapa penggunaan uang elektronik dapat menghindari peredaran uang palsu?

E – Money dapat mengurangi peredaran uang palsu dikarenakan jika kita menggunakan e – money maka transaksi yang kita lakukan berupa transaksi non-tunai sehingga tidak bisa di palsukan. Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal! Klaim Gold gratis sekarang!
Lihat jawaban lengkap

Jelaskan siapa saja pihak pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan uang elektronik?

Pihak penyelenggara e money – Adapun penyelenggaraan e money adalah telah diatur dalam Peraturan BI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Uang Elektronik dan Surat Edaran BI Nomor 11 Tahun 2009 perihal Uang Elektronik dimana pihak penyelenggara uang elektronik sebagai berikut:

  • Pemegang kartu e money adalah pengguna yang sah dari kartu e money.
  • Prinsipal adalah bank atau lembaga selain bank yang bertanggung jawab atas pengelolaan sistem dan/atau jaringan antar anggotanya.
  • Penerbit uang elektronik adalah bank atau lembaga selain bank yang menerbitkan kartu emoney.
  • Acquirer adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan kerjasama dengan pedagang atau merchant yang dapat memproses kartu e money yang diterbitkan oleh pihak lain.
  • Merchant adalah penjual barang dan/atau jasa yang menerima pembayaran dari transaksi penggunaan uang elektronik.
  • Penyelenggara kliring adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan perhitungan hak dan kewajiban keuangan masing-masing penerbit dan/atau acquirer dalam rangka transaksi uang elektronik.
  • Penyelenggara penyelesaian akhir adalah bank atau lembaga selain bank yang melakukan dan bertanggungjawab terhadap penyelesaian akhir atas hak dan kewajiban keuangan masing-masing penerbit dan/atau acquirer.

Baca juga: Mengenal Transfer SKN serta Bedanya dengan RTGS dan Real Time Online Begitulah pengertian e money adalah secara detail beserta jenis-jenis uang elektronik yang salah satunya berupa kartu e money. Tetap berhati-hati dalam menggunakan uang elektronik adalah tindakan yang harus diutamakan.
Lihat jawaban lengkap

Bagaimana bentuk pengaturan uang elektronik e-money sebagai alat pembayaran dalam sistem hukum Indonesia?

Pengaturan alat pembayaran menggunakan uang elektronik ( e – money ) dalam melakukan transaksi e – money diatur oleh Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik ( Electronic Money ) termasuk diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/11/DASP Tahun 2009 tentang Uang
Lihat jawaban lengkap

Bagaimana pengaruh uang elektronik terhadap jumlah uang yang beredar?

Hasil penelitian menunjukkan bahwa e – money perpengaruh positif signifikan terhadap jumlah uang beredar dengan koefisien parameter sebesar 0,157, dan tingkat signifikasi sebesar 0,005.
Lihat jawaban lengkap

Bagaimana pengaruhnya alat pembayaran non tunai terhadap jumlah uang yang beredar di masyarakat?

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transaksi non tunai berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar. Artinya semakin tinggi penggunaan transaksi non tunai akan meningkatkan jumlah uang beredar di masyarakat.
Lihat jawaban lengkap

Apakah uang elektronik yang saat ini beredar akan berpengaruh terhadap inflasi?

Pembayaran menggunakan uang elektronik dalam berbagai bentuk semakin menjadi pilihan yang disukai karena kemudahan, efektivitas, dan efisiensinya. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan transaksi uang elektronik terus meningkat dalam lima tahun terakhir, dari Rp 7 triliun pada 2016 menjadi Rp 205 triliun pada 2020 atau kenaikan hampir 30 kali lipat.

Di tengah pandemi dan berkembangnya industri layanan digital di Indonesia seperti kita lihat dari merger raksasa digital Gojek dan Tokopedia belum lama ini transaksi non-tunai berpotensi terus meningkat di masa depan. Penelitian yang saya lakukan tahun lalu menemukan bahwa peningkatan tersebut ternyata juga berkontribusi terhadap melambatnya laju inflasi-yakni kenaikan harga secara umum dan terus-menerus karena peredaran uang tunai lebih pesat daripada suplai barang di pasar.

Inflasi yang terkendali adalah hal baik karena berarti ekonomi suatu negara tumbuh dengan stabil. Angka yang terlalu tinggi menandakan kenaikan harga yang berbahaya dan bisa menyebabkan tingginya angka pengangguran. Dalam tulisan ini, saya ingin menjelaskan bagaimana transaksi uang elektronik meredam inflasi dan juga membantu perekonomian negara.

Uang elektronik bisa tekan laju inflasi Riset yang saya lakukan mengambil data transaksi pembayaran non tunai berbasis kartu (debit dan kredit) dan uang elektronik berbasis e-wallet (seperti Gopay atau OVO) dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia pada kuartal kedua di periode 2019-2020. Hasil analisis saya mengungkap bahwa dalam beberapa tahun terakhir, laju inflasi turun seiring dengan peningkatan jumlah transaksi elektronik.

Pada 2018, misalnya, transaksi elektronik tercatat sebesar Rp 47,2 triliun, kemudian naik pada 2019 menjadi Rp 145,2 triliun dan pada tahun 2020 mencapai Rp 205 triliun. Pada periode tiga tahun yang sama, inflasi terus turun. Data BPS menunjukkan penurunan inflasi dari 3,13% pada tahun 2018, 2,72% pada tahun 2019, hingga mencapai terendah sepanjang sejarah yaitu 1,68% pada 2020.

  • Secara ekonomi, teori kuantitas uang yang dikemukakan mantan ekonom Amerika Serikat Irving Fisher menjelaskan ini bisa terjadi karena inflasi meningkat seiring dengan tingginya peredaran uang.
  • Etika jumlah uang yang beredar bertambah lebih cepat dibanding dengan persediaan barang yang ada di pasar, maka harga barang-barang akan meningkat.

Pada akhirnya, peningkatan transaksi menggunakan uang elektronik bisa meredam kenaikan harga karena akan menurunkan jumlah uang tunai (koin dan kertas) yang beredar. Dalam penelitian saya, misalnya, uang elektronik memiliki pengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Konsumen – indeks terkait harga barang dan jasa konsumsi rumah tangga seperti biaya makan hingga pendidikan – dengan nilai koefisien sebesar 1,53%.

  • Di sini, setiap kenaikan transaksi dompet digital sebesar 1% akan menurunkan Indeks Harga Konsumen sebesar 1,53%.
  • Di sini, setiap kenaikan transaksi dompet digital sebesar 1% akan menurunkan Indeks Harga Konsumen sebesar 1,53%.
  • Membantu ekonomi negara Transaksi non-tunai tidak hanya memberikan kenyamanan, penghematan waktu transaksi, dan potongan harga dari promosi yang diadakan perusahaan layanan tersebut bagi pengguna, tetapi ternyata juga dapat membantu ekonomi negara.

Selain menahan laju inflasi, misalnya, penurunan jumlah uang tunai yang beredar akan mempengaruhi tingkat suku bunga di pasar uang. Ketika masyarakat memilih menggunakan alat pembayaran non tunai yang dibarengi dengan penyimpanan uang di perusahaan teknologi finansial yang menyediakan layanan tersebut, biaya pinjaman perbankan jadi lebih kompetitif dan menarik karena persaingan berbagai perusahaan dan layanan.

Ini mendorong investasi dan juga dapat meningkatkan produksi barang dan jasa nasional – yang semakin berkontribusi juga terhadap penekanan laju inflasi karena suplai barang meningkat. Selain itu, penggunaan uang elektronik juga membantu pemerintah menekan produksi uang tunai, Pada akhirnya ini menghemat biaya ongkos percetakan uang, mengurangi peredaran uang palsu di masyarakat, serta mempercepat kebijakan digitalisasi sistem pembayaran yang pada akhirnya mendukung pemulihan laju pertumbuhan ekonomi nasional di tengah krisis akibat pandemi.

Transaksi digital yang saat ini banyak menggunakan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) – standar dari Bank Indonesia yang menyeragamkan kode transaksi di semua platform pembayaran – juga bisa membantu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),

Bisnis mereka bisa lebih berkembang karena transaksi digital dapat mencegah antrian panjang, menghemat biaya layanan, dan membuat transaksi lebih mudah dan sistematis. Namun, meski memberikan berbagai manfaat, kita juga tidak boleh lupa akan dampak negatif dari pembayaran digital. Salah satunya adalah konsumen muda menjadi jauh lebih konsumtif dari sebelumnya.

Survei tahun 2020 dari lembaga riset pasar Ipsos Indonesia mencatat penggunaan dompet digital ( e-wallet ) sejauh ini didominasi oleh generasi millenial (kelahiran tahun 1980-1996) dan Gen-Z (kelahiran tahun 1997-2002). Mereka tergiur berbagai promo seperti cashback, akumulasi poin belanja, dan berbagai teknik pemasaran lainnya.
Lihat jawaban lengkap

Apa kelemahan teknologi dalam sistem pembayaran modern?

Jawaban: 1. Masih adanya biaya transfer biaya antar bank yang membuat pembayaran akan melebihi dari nilai transaksi sebenarnya.2. Tidak bisa dilakukan di daerah daerahyang belum terjangkau signal internet.3. Adanya gangguan yang menyebabkan pembayaran tertunda,seperti traffic yang padat atau kekurangan (seperti bug) dalam applikasi yang digunakan.
Lihat jawaban lengkap

Bagaimana pengaruh perkembangan uang elektronik terhadap perekonomian?

Jelaskan Risiko Yang Dihadapi Saat Pembayaran Dengan Uang Elektronik Kecanggihan dan kemajuan teknologi tentu memberikan pengaruh pada perekonomian. Munculnya uang elektronik sebagai alat pembayaran yang sah di sektor riil juga pasti memiliki dampak, baik positif maupun negatif. Itulah mengapa, kajian tentang uang elektronik terus dilakukan.

  • Peraturan yang jelas sudah diberikan oleh Bank Indonesia.
  • Uang elektronik, atau yang biasa disebut dengan e-money, memudahkan produsen dan konsumen bertransaksi secara elektronik atau dengan internet.
  • Untuk menggunakan e-money, pertama-tama Anda harus menyetorkan (menyimpan) sejumlah uang dulu.
  • Nominal yang disetorkan akan diubah dalam bentuk saldo e-money.

Saldo e-money inilah yang digunakan untuk bertransaksi. Banyak hal yang bisa dibayar dengan e-money. Saat ini transportasi ojek online, pesan makanan, bayar makanan di restoran, bayar barang yang dibeli di mall atau toko-toko, bisa menggunakan e-money. Jelaskan Risiko Yang Dihadapi Saat Pembayaran Dengan Uang Elektronik 1. E-Money Dapat Memicu Inflasi Inflasi pada dasarnya merupakan indikator, dari perubahan yang terjadi karena harga-harga barang yang terus meningkat, atau turunnya nilai uang. Inflasi dalam suatu negara perlu dikontrol. Jika tidak, akan terjadi ketidakseimbangan ekonomi yang mengancam stabilitas negara.

  • Umumnya, inflasi dapat terjadi karena empat faktor.
  • Eempat faktor tersebut adalah tingginya permintaan, bertambahnya uang yang beredar, kenaikan biaya produksi, serta adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan.
  • Sekilas dari penjelasan tersebut, uang elektronik tak dapat disebut menjadi penyebab inflasi secara langsung, Meskipun demikian, ternyata maraknya e-money tetap bisa mempengaruhi terjadinya inflasi.
You might be interested:  Yang Dimaksud Dengan Kredit Rekening Koran Bebas Adalah?

Terutama apabila nilai e-money tidak sama dengan uang tunai. Itulah mengapa, Bank Indonesia terus mengatur agar nilai e-money tak lebih kecil atau lebih besar dari uang tunai. Penambahan atau penyusutan nilai pada barang akan memicu inflasi. Jelaskan Risiko Yang Dihadapi Saat Pembayaran Dengan Uang Elektronik 2. Pengaruh Uang Elektronik pada Jumlah Uang yang Beredar Uang elektronik sebenarnya termasuk dalam kategori uang giral. Jumlah uang yang beredar di masyarakat tidak akan terpengaruh oleh uang elektronik apabila ada regulasi yang baik dari pemerintah. Karena regulasi yang baik akan mencegah adanya penurunan atau peningkatan nilai barang yang dibeli dengan uang elektronik. Jelaskan Risiko Yang Dihadapi Saat Pembayaran Dengan Uang Elektronik 3. Efek Uang Elektronik Pada Perputaran Uang Meskipun sekilas sama saja dengan uang tunai, faktanya e-money cenderung membuat orang mudah melakukan transaksi. Tanpa perlu membawa uang banyak atau takut kehabisan uang tunai, kini orang bisa berbelanja dengan hanya melalui e-wallet. Jelaskan Risiko Yang Dihadapi Saat Pembayaran Dengan Uang Elektronik 4. Dampak Uang Elektronik Terhadap Permintaan Uang Tunai Tingginya penggunaan uang non tunai di masyarakat, akan mempengaruhi turunnya permintaan terhadap uang tunai. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi akan semakin baik, dan masyarakat akan lebih lancar dalam melakukan konsumsi. Jelaskan Risiko Yang Dihadapi Saat Pembayaran Dengan Uang Elektronik 5. Dampak Positif dan Negatif Uang Elektronik Sebagai hasil dari perkembangan teknologi, tentu uang elektronik memberikan pengaruh positif dan negatif. Dampak ini dirasakan oleh penggunanya, pengusaha, serta perekonomian secara umum. Berikut adalah berbagai dampak yang bisa terjadi.

Dampak Positif

Bagi pengguna uang elektronik, akan banyak efisiensi yang dilakukan. Misalnya waktu tunggu untuk menghitung uang tunai, waktu untuk menghitung kembalian, dan sebagainya. Selain itu, saat akan bepergian semuanya bisa lebih praktis, tanpa membawa banyak uang tunai.

Kadang, tersedia diskon dan potongan khusus bagi pengguna uang elektronik. Pengusaha yang berjualan dengan menyediakan mesin pembayaran uang elektronik juga diuntungkan, karena tidak perlu menyiapkan uang kembalian untuk transaksi dalam jumlah kecil. Tak perlu lagi ada kekhawatiran atas uang palsu. Semua uang yang dihasilkan dari transaksi menggunakan uang elektronik akan terdebet jumlahnya ke rekening pengusaha.

Bagi perekonomian nasional, tentu uang elektronik membawa dampak yang baik. Dengan proses transaksi yang semakin cepat dan mudah, tingkat konsumsi masyarakat akan naik. Perputaran uang semakin cepat dan memicu perkembangan sektor riil. Semakin banyak usaha di sektor riil yang menarik investor.

Dampak Negatif

Bagi pengguna uang elektronik, adanya kemudahan transaksi membuat kecenderungan bersikap boros muncul. Jika dulu saat uang habis orang harus pergi ke atm dan mengambil uang cash, maka sekarang banyak toko yang melayani pembayaran dengan e-money. Maka, diperlukan sikap bijak dalam penggunaan e-money sebagai alat transaksi. Jelaskan Risiko Yang Dihadapi Saat Pembayaran Dengan Uang Elektronik Menggunakan Uang Elektronik dengan Bijak Apapun efek negatifnya, sebenarnya Anda tak perlu takut berlebihan dengan adanya perkembangan teknologi ini. Uang elektronik sifatnya memudahkan, maka sebaiknya tetap disikapi dengan bijak. Jika takut terlalu boros saat menggunakan uang elektronik, maka isi saja saldo seperlunya, sesuai dengan kebutuhan yang Anda anggarkan.

Kesalahan-kesalahan dalam Kredit Mobil Cara Mengambil Uang Orang yang Sudah Meninggal di Bank Prediksi Krisis Ekonomi 2020 dari Nouriel Roubini Negara Paling Bersih dan Sehat

Demikianlah artikel tentang dampak uang elektronik terhadap uang tunai, semoga bermanfaat bagi Anda semua.
Lihat jawaban lengkap

Jelaskan apa resiko jika melakukan pembayaran tunai dalam jumlah yang besar?

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Selama ini masyarakat kita sudah sangat familiar dengan uang tunai (kertas dan logam) sebagai alat transaksi sehari-hari. Padahal belakangan ini perkembangan teknologi sistem pembayaran memungkinkan kita menggunakan instrumen pembayaran non-tunai untuk memudahkan transaksi.

Membawa uang tunai dalam jumlah besar kurang praktis Rawan tindak kriminal, seperti begal, pencurian dan lain-lain. Uang tunai rawan penyelewengan, seperti mark up, money laundry dan lain-lain. Membutuhkan waktu transaksaksi yang lebih lama, misalnya antrian di kasir tol, menunggu kembalian di supermarket dan lain-lain. PT. Jasa Marga (Operator Tol) mengeluarkan uang tunai untuk kembalian kurang lebih Rp 2 miliar per hari. Pengelolaan uang tunai butuh biaya yang besar. Bank Indonesia harus mengeluarkan biaya operasional yang besar, sekitar Rp 3 Triliun per tahun untuk mengelola uang tunai (meliputi perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan, dan pemusnahan)

Kendala-kendala ini bisa diatasi jika kita menggunakan instumen pembayaran non tunai yaitu Uang Elektronik dan APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu). Manfaat lain penggunaan instrumen pembayaran non tunai terutama bagi BI selaku tangan pemerintah untuk menjaga kestabilan moneter adalah meningkatkan sirkulasi perputaran uang ( money velocity ), meningkatkan akses sistem keuangan kepada segmen masyarakat inklusif keuangan dan meningkatkan keakuratan pencatatan keuangan yang membantu pemerintah membuat perencanaan keuangan jangka pendek maupun panjang.

  1. Oleh karena itu sejak 14 Agustus tahun lalu, Bank Indonesia giat mensosialisasikan penggunaan pembayaran non tunai kepada masyarakat.
  2. Rasio transaksi perdagangan yang menggunakan instrumen non tunai di Indonesia memang masih tergolong rendah, baru berada di kisaran 0,6%.
  3. Bandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand (2,8%), Malaysia (7,7%) dan Singapura (44,5%).

Pertanyaan yang kemudian biasa muncul menyikapi sebuah perubahan adalah Bagaimana Resikonya? Pertanyaan mengenai resiko ini juga muncul dari beberapa peserta Nangkring Kompasiana-Bank Indonesia Jelajah Non Tunai yang berlangsung di Bank Indonesia perwakilan Makassar kemarin (23/05).

Ibu Katrina, narasumber dari BI memberikan jawaban yang menyejukkan. Rasanya sudah hukum alam kalau segala hal yang mendatangkan manfaat bagi manusia juga memiliki resiko yang menyertainya. Begitu pula dengan hal-hal yang berkaitan dengan keuangan seperti misalnya instrumen pembayaran non-tunai ini. Resiko terbesar adalah masalah security atau keamanan sistem.

Oleh karena itu infrasktruktur pendukung juga terus menerus dibangun dan dibenahi. Bank Indonesia selaku regulator dan pelaku industri seperti ASPI (Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia) mesti bermitra secara strategis dan terpadu untuk terus meningkatkan keamanan sistem pembayaran.

  1. Jawaban senada diungkapkan pak Diki, narasumber dari ASPI.
  2. Operator sistem pembayaran mesti selalu meng- update sistem mereka dengan teknologi dan sistem terbaru untuk menekan resiko tersebut.
  3. Pak Diki menggunakan bahasa “seperti kejar-kejaran” dengan perkembangan teknologi dan infrasktruktur sistem untuk menjelaskan bagaimana usaha mereka menjaga sistem pembayaran tetap aman dan nyaman untuk penggunanya.

Namun resiko juga kadang terletak pada kelalaian user alias pengguna jasa sistem pembayaran. Pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh peningkatan konsumsi dan perkembangan masyarakat kelas menengah menjadikan Indonesia target besar bagi para pelaku pasar.

  1. Di sisi lain, masyarakat belum sepenuhnya “siap mental” menghadapi gempuran produk barang dan jasa juga derasnya arus informasi yang mengikuti perkembangan teknologi.
  2. Akibatnya masyarakat rentan terhadap kejahatan berbasis teknologi informasi.
  3. Esimpulannya, baik melakukan pembayaran secara tunai maupun non tunai keduanya memiliki resiko.

Namun dengan memanfaatkan instrumen pembayaran non tunai, Bank Indonesia selaku fasilitator sistem pembayaran lebih memiliki otoritas untuk meminimalkan resiko tersebut. Pembenahan sistem yang terus menerus disertai dengan penguatan regulasi diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan keamanan transaksi non-tunai.

Alaupun terjadi masalah karena kebocoran sistem, operator sistem pembayaran dan Bank Indonesia masih mampu melakukan intervensi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Seperti misalnya kisah yang diposting Kompasianer Fey Down beberapa hari lalu mengenai penipuan dunia maya yang mengakibatkan korban mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening bank yang terkait dengan pelaku.

Untunglah korban keburu sadar dan mengambil langkah cepat menghubungi bank terkait juga aparat kepolisian. Akhirnya masalah tersebut bisa diselesaikan, dan kerugian korban dapat diminimalkan dengan fasilitasi pihak bank. Bandingkan dengan resiko yang menyertai instrumen pembayaran tunai, seperti terkena begal di jalanan, kecurian, mark up dan lain-lain.

Bank Indonesia tidak bisa berbuat banyak untuk meminimalkan resiko tersebut, karena semuanya kembali kepada si pemegang uang dan situasi kondisi di sekitarnya. (PG) Referensi: materi Kompasiana Nangkring Jelajah Non Tunai Makassar Lihat Catatan Selengkapnya Beri Komentar Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab.

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
Lihat jawaban lengkap

Bagaimana cara mengatasi resiko resiko dalam sistem pembayaran?

Peran bank sentral untuk menanggulangi risiko dalam sistem pembayaran adalah dengan cara menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat melaksanakan transaksi pembayaran pada saat itu juga, sehingga keaman dan kecepatan galan dalam sistem pembayaran dapat dihindari.
Lihat jawaban lengkap

Apa saja resiko keuangan yang mungkin terjadi dalam sebuah kegiatan usaha?

Klasifikasi Risiko – Melakukan klasifikasi risiko keuangan tentunya menjadi sebuah hal yang cukup penting untuk dilakukan, suatu perusahaan dalam mengidentifikasi sebuah risiko tentunya perlu untuk dilakukannya klasifikasi agar mengelompokkan risiko sesuai dengan karakteristik.

Sehingga, dengan disesuaikan risiko-risiko apa saja yang bisa memberikan kemungkinan terburuk yang akan terjadi setelah keputusan telah dikeluarkan. jika memang memberikan kerugian terhadap perusahaan maka bisa di antisipasi dengan meminimalisir kerugian dari setiap aspek yang ada. Sepertihalnya yang di katakana oleh Djohanputro (2013), dalam perusahaan terdapat empat jenis klasifikasi risiko.

adalah jenis dari klasifikasi risiko tersebut adalah:

  1. Risiko keuangan terdiri atas risiko pasar, risiko likuiditas, risiko kredit, dan risiko pemodalan.
  2. Risiko operasional terdiri atas risiko SDM, risiko produktivitas, risiko teknologi, risiko inovasi, risiko sistem, dan risiko proses.
  3. Risiko strategis terdiri atas risiko bisnis leverage operasi dan risiko transaksi strategis.
  4. Risiko eksternal terdiri atas risiko lingkungan, risiko reputasi, dan risiko hukum.

Lihat jawaban lengkap

Menurut pendapatmu apa yang akan terjadi pada perekonomian kita apabila banyak ditemukan uang Rupiah palsu?

Uang Palsu – Pengertian, Sejarah, Dampak Peredaran dan Upaya Penghentian Peredarannya| Tokopedia Kamus Bagikan Uang tiruan, dibuat oleh pihak yang tidak berwenang untuk diedarkan atau telah beredar, seakan-akan sebagai alat pembayaran yang sah (counterfeit money). Otoritas Jasa Keuangan Uang palsu adalah mata uang tiruan yang diproduksi tanpa sanksi hukum dari negara atau pemerintah, biasanya dengan upaya yang sedemikian rupa agar penerimanya tidak dapat membedakan mana yang asli dan yang palsu.

Memproduksi atau menggunakan uang palsu adalah bentuk penipuan atau pemalsuan. Mata uang palsu telah beredar hampir selama mata uang itu sendiri. Jauh sebelum tagihan digunakan dalam bentuk uang, pemalsu akan mengubah bentuk mata uang lain untuk mendapatkan nilai lebih dari nilai barang yang diperdagangkan.

Salah satu contoh kasus pertama dari pemalsuan uang terjadi saat koloni Amerika, ketika penduduk asli Amerika akan berdagang kerang yang dikenal sebagai wampum sebagai bentuk mata uang. Wampum ini berbentuk kerang berwarna biru kehitaman, yang jarang ditemui.

  1. Arena sifat langkanya inilah wampum memiliki nilai lebih dari kerang putih yang lainnya.
  2. Akibatnya, beberapa pedagang akan mengecat kerang putih mereka dengan warna biru-hitam dan dianggap sebagai wampum yang memiliki nilai lebih tinggi.
  3. Erang akhirnya diganti dengan koin yang terbuat dari emas dan perak.
You might be interested:  Jurnal Yang Khusus Mencatat Penjualan Secara Kredit Adalah?

Setiap koin ditimbang agar sama persis, nilai koin berdasarkan beratnya. Namun, pemalsu mulai mencukur sisi koin untuk mengumpulkan logam berharga. Sebelum koin dikeluarkan dari peredaran, sekitar awal 1700-an, pemalsu telah berhasil mengurangi berat dan nilai koin asli setidaknya setengahnya.

  1. Uang palsu bukan hanya dapat merugikan secara individual, tetapi bisa juga mempengaruhi skala yang lebih besar.
  2. Arena dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan inflasi, karena banyaknya masyarakat yang mengira uang palsu tersebut adalah uang asli yang lambat laun akan mengacaukan ekonomi.
  3. Bank Indonesia (BI) memiliki perhitungan yang akurat mengenai peredaran uang di Indonesia yang bisa disesuaikan dengan kondisi moneter.

Dengan Perum PERURI uang mencetak uang Rupiah, BI mendistribusikan Rupiah hingga ke pelosok. Apabila uang palsu terlalu banyak beredar di masyarakat, maka mereka dengan mudah membeli banyak barang, sementara barang kebutuhan memiliki jumlah terbatas. Seiring meningkatnya permintaan, harga barang pun jadi naik, dan lambat laun akan memicu terjadinya inflasi.

Bank Sentral seperti BI pun memiliki cara tersendiri untuk menekan peredaran uang palsu, misalnya saja dengan cara sosialisasi kepada pelaku bisnis mulai dari pemilik, hingga mereka yang berperan sebagai kasir, serta pengamanan lain berupa memberikan ciri khas untuk uang yang akan dicetak. Akan tetapi, dengan teknologi yang sudah maju, memalsukan uang fisik bukan lagi hal yang sulit, printer berkualitas super dengan harga yang murah sudah beredar di mana-mana dan dipakai oleh banyak orang.

Dengan teknologi pula hal ini bisa dilawan, misalnya saja teknologi pembayaran seperti uang elektronik, serta transaksi elektronik yang pelan-pelan menggantikan uang fisik, dengan itu penyebaran uang palsu pun dapat dikurangi. : Uang Palsu – Pengertian, Sejarah, Dampak Peredaran dan Upaya Penghentian Peredarannya| Tokopedia Kamus
Lihat jawaban lengkap

Apa yang perbedaan antara uang digital dan uang elektronik?

Apa Bedanya? – Bank Indonesia (BI) mengatakan terdapat perbedaan Central Bank Digital Currency (CBDC) alias rupiah digital dengan uang elektronik. Secara sederhana, uang elektronik didefinisikan sebagai alat pembayaran dalam bentuk elektronik dimana nilai uangnya disimpan dalam media elektronik tertentu.

  1. Pengguna uang elektronik harus menyetorkan uangnya terlebih dahulu kepada penerbit dan disimpan dalam media elektronik sebelum menggunakannya untuk keperluan bertransaksi.
  2. Sementara Central Bank Digital Currency (CBDC) adalah uang digital yang diterbitkan dan peredarannya dikontrol oleh bank sentral, dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah untuk menggantikan uang kartal.

CBDC akan bertindak sebagai representasi digital dari mata uang suatu negara. Perbedaan yang paling sederhana adalah, rupiah digital diterbitkan BI selaku otoritas moneter, sementara uang elektronik bisa diterbitkan oleh pihak swasta atau lembaga non perbankan.
Lihat jawaban lengkap

Apa kelemahan kalau memakai alat pembayaran tunai?

Apa itu Pembayaran? – Pembayaran adalah transfer uang, barang, atau jasa dengan imbalan barang dan jasa dalam proporsi yang dapat diterima dan telah disepakati sebelumnya oleh semua pihak yang terlibat. Biasanya pembayaran juga dapat dilakukan dalam bentuk pertukaran layanan, uang tunai, cek, transfer, kartu kredit atau kartu debit.

Secara umum dapat dikatakan juga bahwa sistem pembayaran merupakan sebuah aturan atau mekanisme yang digunakan untuk menjalankan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban dari suatu kegiatan ekonomi. Baca juga: Wajib tahu! Pengertian & siklus produk Secara global sistem pembayaran dibagi menjadi dua sistem, yaitu pembayaran tunai dan pembayaran non-tunai.

Perbedaan yang sangat mendasar dari kedua sistem pembayaran tersebut terletak pada instrumen yang digunakan. Pada sistem pembayaran tunai umumnya media yang digunakan berupa uang kartal, yaitu uang dalam bentuk fisik seperti halnya yang kertas dan uang logam, sementara pada sistem pembayaran nontunai atau offline, media yang digunakan dapat berupa cek, giro, kartu kredit atau debit maupun mobile banking.

  • Namun pada sistem pembayaran offline biasanya akan membebankan biaya yang terkait dengan pembayaran tersebut.
  • Oleh karena itu mempertimbangkan biaya yang terkait, maka banyak usaha kecil ritel lebih memilih pembayaran tunai.
  • Hal tersebut dikarenakan pembayaran tunai memiliki keuntungan karena sifatnya yang langsung dan cepat, namun pembayaran tunai juga mempunyai kekurangannya sendiri, karena dapat hilang atau dicuri Adapun keuntungan dari sistem pembayaran tunai antara lain Anda menerima pembayaran instan, tidak ada cek penipuan atau NSF yang masuk ke bisnis Anda, Anda dapat menggunakan sistem akuntansi online sederhana.

Sedangkan kekurangan dari sistem pembayaran tunai antara lain, Anda membutuhkan uang tunai yang harus selalu siap jika ingin dipakai, menyimpan uang tunai dalam jumlah besar akan menimbulkan risiko kejahatan, dan tentu nya kurang efisien karena Anda tidak dapat membayar kapanpun dan dimanapun Anda berada.

Sistem Transfer Dana Antar Bank Sistem ini memungkinkan terjadinya pemindahan dana dari bank yang satu ke bank lain dengan komponennya berupa penyelenggara, komponen ini merupakan lembaga yang dapat memastikan penyelesaian akhir dari seluruh transaksi yang terjadi di dalam penggunaannya. Lembaga yang Memproses Sistem Pembayaran Lembaga yang menjadi operator teknis dalam sistem pembayaran di Indonesia adalah Bank Indonesia, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) untuk pasar modal, dan Penyelenggara Kliring Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK). Saluran pembayaran Saluran pembayaran yang ada di Indonesia adalah kartu debit, kartu kredit, teller input, mesin ATM, mobile banking, internet banking, phone banking, dan electronic data capturing (EDC).

Baca juga: 4 hal mendasar yang harus disiapkan UMKM untuk sukses

Regulator dan Infrastruktur Suatu komponen yang memiliki wewenang dalam mengatur aturan main, ketentuan dan kebijakan yang mengikat seluruh komponen dalam sistem pembayaran yang dilakukan. Sedangkan infrastruktur mengacu pada sarana fisik yang mendukung proses operasional dari sistem pembayaran yang dilakukan oleh orang yang akan atau hendak melakukan transaksi. Instrumen Dalam komponen instrumen ini adalah alat pembayaran yang dilakukan baik secara tunai maupun secara non tunai yang disepakati oleh para pengguna dalam melakukan sebuah transaksi. Pengguna Pengguna ini merupakan suatu komponen dari sistem pembayaran yang merupakan konsumen yang akan memanfaatkan sistem pembayaran.

(Visited 258 times, 4 visits today)
Lihat jawaban lengkap

Apa kelemahan teknologi dalam sistem pembayaran modern?

Jawaban: 1. Masih adanya biaya transfer biaya antar bank yang membuat pembayaran akan melebihi dari nilai transaksi sebenarnya.2. Tidak bisa dilakukan di daerah daerahyang belum terjangkau signal internet.3. Adanya gangguan yang menyebabkan pembayaran tertunda,seperti traffic yang padat atau kekurangan (seperti bug) dalam applikasi yang digunakan.
Lihat jawaban lengkap

Apakah kelemahan dari alat pembayaran non tunai jelaskan?

Kelemahan penggunaan alat pembayaran nontunai di antaranya adalah tidak dapat digunakan di semua toko, sinyal internet yang harus tersedia, dan terkadang membuat penggunanya lebih boros untuk mengeluarkan uang lebih banyak atau disebut juga latte factors.
Lihat jawaban lengkap

Apa kelemahan pembayaran dengan menggunakan kartu kredit dalam sistem pembayaran online?

Jelaskan Risiko Yang Dihadapi Saat Pembayaran Dengan Uang Elektronik Arnaldi Nasrum Kelebihan dan Kekurangan Belanja ‘Online’ Menggunakan Kartu Kredit Intisari-Online.com – Seiring dengan berkembangnya minat masyarakat berbelanja secara daring, sistem pembayaran transaksi di dunia maya ini pun semakin berkembang. Selain bisa lewat transfer antarrekening, juga dapat dilakukan kartu kredit.

  1. Nah, sebelum bertransaksi menggunakan kartu kredit, ada baiknya kita mengenali kekurangan dan kelebihannya,
  2. Pada dasarnya, masing-masing instrumen pembayaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
  3. Salah satu kelebihan bertransaksi dengan kartu kredit di dunia maya pastinya kita jadi tidak perlu repot-repot melakukan transfer duit.

Selain itu, biasanya kita cukup sekali mendaftarkan kartu kredit di situs belanja yang sering dikunjungi. Selanjutnya, setiap kali kita berbelanja, penjual akan langsung menagih ke bank penerbit kartu kredit. Jadi, transaksi juga lebih mudah. Tambah lagi, nominal pembayaran bisa dikatakan lebih fleksibel ketimbang uang elektronik atau memanfaatkan akun virtual.

Batasan belanja dengan kartu kredit hanya limit kartu kredit yang dimiliki. Apalagi, saat ini kartu kredit yang diterbitkan oleh bank di Indonesia sudah bisa diterima merchant manapun di dunia. Bank penerbit kartu kredit juga kerapkali menggelar promo dengan sejumlah penjual online. Konsumen bisa memanfaatkan promo-promo tersebut untuk memperoleh barang incaran dengan harga murah.

Kekurangannya, saat berbelanja dengan kartu kredit, banyak penjual yang meminta pembeli memasukkan nomor card verification value code (CVV/CVC). Ini adalah tiga nomor rahasia yang terdapat di belakang kartu kredit. Nomor ini bisa dicuri bila kita melakukan transaksi di jaringan internet yang tidak aman.

  1. Selain itu, bila berbelanja memakai kartu kredit, si pembeli akan memiliki utang.
  2. Jadi ada risiko, bila si pembeli tidak bisa mengontrol nafsu belanjanya, ia malah terlilit dalam utang besar.
  3. Arena itu, perencana keuangan berpesan, bila berbelanja dengan kartu kredit, pastikan kita memiliki dana untuk langsung membayar lunas tagihan kartu kredit.

Selain itu, dengan alasan keamanan, dalam beberapa transaksi menggunakan kartu kredit, pembeli diharuskan memasukkan nomor kode yang dikirimkan oleh bank penerbit kartu kredit melalui pesan pendek (SMS). Biasanya, waktu pengisian nomor kode ini dibatasi.
Lihat jawaban lengkap