Bagaimana Pengaruh Inflasi Terhadap Nilai Uang?

Bagaimana Pengaruh Inflasi Terhadap Nilai Uang
Inflasi adalah proses naiknya harga-harga secara umum dan terus-menerus karenajumlah uang yang beredar lebih banyak dari jumlah barang. Oleh karena itu, inflasi akan menyebabkan nilai mata uang menjadi turun (lemah). Dikarenakannilai uang turun, maka kemampuan membelanjakan uang juga akan turun.
Lihat jawaban lengkap

Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap nilai uang?

Inflasi dan Pengaruhnya Terhadap Uang Anda Bagaimana Pengaruh Inflasi Terhadap Nilai Uang Seringkali kita mendengar atau membaca tentang inflasi, namun tidak sedikit yang sebenarnya tidak mengerti sepenuhnya apakah inflasi itu. Mari kita pahami apa itu inflasi dan pengaruhnya terhadap uang yang Anda miliki. Sebagai sebuah indikator untuk melihat tingkat perubahan, inflasi terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi.

Sebagai indikator yang mencerminkan pola pengeluaran, angka inflasi yang meningkat mencerminkan kenaikan biaya hidup. Dengan kata lain, inflasi membuat nilai uang Anda susut sehingga daya beli Anda melemah. Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh inflasi terhadap uang Anda, ingatkah Anda apa saja yang dapat Anda beli di supermarket dengan uang Rp 100.000 di tahun 2000, 2005, 2010, 2015 dan sekarang? Jika Anda ingat-ingat, pasti terbayang dengan uang Rp 100.000 di tahun 2000 keranjang belanjaan Anda pasti lebih penuh dibandingkan dengan di tahun 2005, 2010 dan seterusnya.

Contoh lain: jika Anda biasa mengkonsumsi makanan atau minuman tertentu, misalnya semangkuk bakso, ingatkah Anda berapa harganya di tahun 2000, 2005, 2010, 2015 dan sekarang? Tidak sulit rasanya mengingat bahwa harga semangkuk bakso sekarang lebih mahal dibandingkan harga di tahun 2000, 2005, 2010 dan seterusnya.

Namun inflasi yang lebih tinggi diharapkan bisa diimbangi oleh kenaikan penghasilan, artinya nilai uang kita juga harus meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan kenaikan inflasi. Ada satu hal yang sangat terpengaruh oleh kenaikan inflasi, yakni tabungan. Bila suku bunga di tabungan Anda lebih rendah ketimbang tingkat inflasi, maka nilai uang Anda akan mengalami penurunan, dan seiring dengan itu, daya beli Anda pun menurun.

Perlu dicatat bahwa saat ini sangat jarang ada elativ perbankan tradisional yang menawarkan suku bunga yang mampu mengalahkan tingkat inflasi, jadi jika Anda hanya mengandalkan tabungan sebagai sarana Anda mengumpulkan uang, sepertinya Anda harus bersiap-siap kecewa.

  • Bila tidak ingin nilai uang Anda lama-kelamaan menyusut, Anda harus mencari solusinya, dan itu artinya Anda harus mencari instrumen yang bisa memberikan imbal hasil yang lebih baik.
  • Tapi Anda hanya bisa mendapatkan imbal hasil yang lebih baik jika Anda berani menanggung risiko investasi yang lebih besar.

Meski demikian, Anda tidak harus mengalihkan semua tabungan Anda ke instrumen investasi dengan tingkat risiko yang tinggi demi mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi. Yang harus dilakukan adalah membagi alokasi dana Anda ke berbagai instrumen investasi sesuai dengan kebutuhan dan jangka waktunya:

Untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk dana darurat (emergency fund), alokasikan ke tabungan, karena selain bisa dicairkan kapan saja, tabungan tidak mengalami fluktuasi nilai akibat pergerakan pasar. Selama tidak ada penarikan, nilai tabungan akan selalu naik seiring berjalannya waktu karena adanya bunga. Untuk dana yang menganggur:

Jika Anda akan perlu mencairkannya dalam waktu yang relatif singkat (maksimal 1 tahun), Anda bisa menyimpannya dalam bentuk deposito. Upayakan agar uang tersebut tidak dibutuhkan dalam kurun waktu sesuai jangka deposito karena tidak bisa ditarik hingga jangka waktunya terpenuhi. Jika dana yang menganggur baru akan Anda cairkan 1-5 tahun mendatang, Anda bisa menaruhnya di obligasi atau Reksa Dana pendapatan tetap (Reksa Dana berbasis obligasi). Jika dana baru akan Anda cairkan lebih dari 5 tahun mendatang (misalnya untuk membiayai biaya kuliah anak Anda yang saat ini masih berusia 5 tahun), maka Anda bisa menaruhnya di saham atau Reksa Dana saham.

Tidak sulit bukan? Jadi tunggu apa lagi, mulailah mengalokasikan dana Anda sesuai kebutuhan dan jangka waktunya. : Inflasi dan Pengaruhnya Terhadap Uang Anda
Lihat jawaban lengkap

Mengapa inflasi menyebabkan nilai mata uang turun?

Inflasi yang tinggi menyebabkan biaya produksi meningkat, dengan meningkatnya biaya produksi maka penjualan akan mengalami penurunan, sehingga akan berdampak pada menurunnya profitabilitas suatu perusahaan (Waluyo, 2007). Nilai tukar adalah jumlah mata uang tertentu yang dapat diukur dengan mata uang lain.
Lihat jawaban lengkap

Apa dampak positif kenaikan inflasi terhadap mata uang?

Dampak Inflasi –

  • Inflasi ini secara faktual memberikan dampak positif dan negatif. Berikut merupakan penjelasan dari dampak positif dan negatif dari inflasi:
  • Dampak Positif:
  • · Inflasi dengan kuantitas yang ringan akan memberikan eskalasi perekonomian yang lebih baik

· Inflasi membawa keuntungan kepada debitur yang ditandai dengan pembayaran utang kepada kreditur nilai uang lebih rendah daripada ketika meminjam. Selain itu, yang diuntungkan dengan adanya inflasi adalah produsen. Mengapa demikian? karena pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada biaya produksi.

  1. Dampak Negatif:
  2. · Inflasi yang masif akan memberikan regresi ekonomi dan sulit bertumbuh
  3. · inflasi terhadap penurunan nilai mata uang akan merugikan berbagai lapisan masyarakat
  4. · Inflasi memberikan kerugian bagi kreditur, karena nilai uang pengembalian utang debitur lebih rendah dibandingkan pada saat peminjaman
  5. · Inflasi berdampak buruk terhadap Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah (RAPBN/RAPBD)

Lihat jawaban lengkap

Apakah terdapat hubungan antara inflasi dan uang?

Jumlah uang beredar yang terlalu banyak dapat mendorong kenaikan harga barang-barang secara umum ( inflasi ). Sebaliknya, apabila jumlah uang beredar terlalu sedikit maka kegiatan ekonomi akan menjadi seret.
Lihat jawaban lengkap

Apa penyebab inflasi uang?

Selasa, 19 Jul 2022 15:33 WIB Inflasi di sejumlah negara meroket gila-gilaan di tengah pandemi dan perang Rusia-Ukraina. llustrasi. (CNN Indonesia/Safir Makki). Jakarta, CNN Indonesia – Istilah inflasi tengah menjadi sorotan di masyarakat. Pasalnya, lonjakan inflasi terjadi di banyak negara baik maju maupun berkembang pada Juni ini.

Bahkan, inflasi Amerika Serikat (AS) tembus 9,1 persen. Tingkat inflasi AS itu melampaui ekspektasi para ekonom dan tercatat menjadi yang tertinggi dalam 41 tahun terakhir. Di dalam negeri sendiri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 4,35 persen pada Juni 2022 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy).

Inflasi tahunan yang berada di atas 4 persen ini merupakan yang tertinggi sejak 2017 lalu. Penyebabnya tak lain adalah perang Rusia dan Ukraina. Ketegangan antar dua negara ini menyebabkan lonjakan harga berbagai komoditas dunia terutama minyak dan pangan.

  1. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan inflasi? Menurut Bank Indonesia (BI), inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
  2. Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), inflasi adalah kemerosotan nilai uang kertas akibat banyaknya peredaran uang kertas dan kenaikan harga barang.

Sebuah negara disebut inflasi jika kenaikan harga barang terjadi secara meluas akibat kenaikan suatu barang yang memengaruhi barang lain. Sementara kenaikan harga satu atau dua barang tidak dapat disebut inflasi. Garis besar dari pengertian ini adalah inflasi terjadi karena kenaikan harga barang dan jasa secara meluas yang konsisten dalam waktu cukup panjang sehingga mengacaukan perputaran keuangan serta menyebabkan terjadinya penurunan nilai mata uang.
Lihat jawaban lengkap

You might be interested:  Tuliskan 5 Dokumen Yang Harus Dipersiapkan Wirausaha Dalam Permohonan Kredit?

Siapa yang memperoleh keuntungan apabila terjadi inflasi?

DAMPAK POSITIF INFLASI – Kedengarannya aneh ya, inflasi kok malah menguntungkan? Jadi begini, Squad. Bagi sebagian pihak, misalnya debitur (orang yang menerima utang) akan mendapatkan untung karena dengan adanya inflasi, uang yang dia kembalikan akan mempunyai nilai lebih rendah dibanding saat meminjam. Bagaimana Pengaruh Inflasi Terhadap Nilai Uang Lalu, siapa lagi, ya, orang-orang yang mendapat untung dengan adanya inflasi ini? Orang-orang yang mendapat untung dengan adanya inflasi antara lain para pengusaha yang mempunyai pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan biaya produksinya, Jika harga barang naik (saat inflasi), produsen akan terdorong untuk meningkatkan jumlah barangnya,
Lihat jawaban lengkap

Apa saja efek buruk dari inflasi?

Memahami Dampak Inflasi – Bagaimana Pengaruh Inflasi Terhadap Nilai Uang (Foto dampak inflasi. Sumber: Freepik.com ) Sebelum mengetahui dampak inflasi, kamu perlu memahami definisi dari inflasi itu sendiri. Mengutip dari Investopedia, inflasi adalah penurunan daya beli mata uang tertentu dari waktu ke waktu. Penurunan daya beli ini tercermin dari peningkatan harga rata-rata barang dan jasa suatu ekonomi selama beberapa periode waktu.

Kenaikan harga ini dapat terjadi karena uang yang beredar lebih sedikit dibandingkan jumlah barang yang tersedia di pasar. Alhasil, daya beli menurun namun harga barang meningkat drastis. Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu.

Sementara itu, menurut International Monetary Fund, inflasi adalah kenaikan harga selama periode waktu tertentu. Kenaikan harga ini terjadi secara keseluruhan di suatu negara. Inflasi mewakili seberapa jaug kenaikan harga barang dalam periode tertentu, biasanya dalam setahun.

Inflasi dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti turunnya nilai mata uang, kenaikan harga barang dan jasa, meningkatnya pengangguran, menurunnya kesejahteraan masyarakat, hilangnya investasi, dan masih banyak lagi. Inflasi merupakan mimpi buruk dalam perekonomian suatu negara. Sebab, dampak yang ditimbulkan memang tak main-main.

Inflasi dapat memicu kerusuhan di berbagai daerah dan menyebabkan situasi negara mengalami chaos. Apalagi bagi negara yang memiliki utang luar negeri yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang lambat. Inflasi bisa mematikan perekonomian dan diikuti dengan berbagai masalah lain yang muncul.

  1. Di Indonesia, Bank Indonesia memiliki tugas untuk mengatasi inflasi dengan membuat kebijkan-kebijakan.
  2. Sementara itu, perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik.
  3. Perlu diingat bahwa kenaikan harga satu dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali jika sudah meluas dan berdampak pada harga barang lain.

Lawan dari inflasi adalah deflasi. Baca Juga: 9 Cara Menyiapkan Dana Darurat Bisnis agar Tak Bangkrut
Lihat jawaban lengkap

Mengapa inflasi merugikan investor?

Bagaimana Pengaruh Inflasi Terhadap Nilai Uang Inflasi sering kali menjadi momok dalam perekonomian. Tingginya tingkat inflasi bahkan bisa mengakibatkan ambruknya perekonomian suatu negara. Venezuela, Jerman, Yunani, dan Zimbabwe merupakan beberapa negara yang tercatat dalam sejarah ekonomi pernah mengalami krisis akibat inflasi yang terlalu tinggi. Bagaimana Pengaruh Inflasi Terhadap Nilai Uang Apa itu inflasi? Inflasi dapat dipahami sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara berkelanjutan dari tahun ke tahun. Dalam konsep ekonomi, tingkat inflasi memiliki peran penting karena dapat dijadikan acuan untuk memperkirakan nilai riil dari investasi.

  1. Selain itu tingkat inflasi juga sering digunakan sebagai acuan untuk menghitung dan memprediksi besaran pengembalian yang dibutuhkan agar dapat mempertahankan standat hidupnya.
  2. Untuk memahami inflasi dengan mudah dapat digambarkan melalui contoh.
  3. Misalnya harga paket nasi ayam saat ini rata-rata sebesar Rp 15.000,-.

Jika tingkat inflasi tahunan adalah 10%, maka harga paket nasi ayam yang sama di tahun mendatang adalah Rp 16.500,-. Jika penghasilan Anda tidak meningkat, setidaknya sama dengan peningkatan inflasi, maka Anda tidak akan bisa membeli paket nasa ayam sebanyak mungkin.

Enaikan harga yang terjadi hanya pada satu produk saja, bukanlah inflasi. Demikian pula, apabila lonjakan harga terjadi pada produk tertentu yang sifatnya situasional atau kasuistis saja, seperti kenaikan harga minyak atau pengenaan pajak penjualan. Namun kenaikan harga tersebut bisa jadi inflasi apabila menyebabkan lonjakan upah dan biaya-biaya lain.

Inflasi pada prinsipnya tentang pertumbuhan uang, di mana terlalu banyak uang beredar di masyarakat tetapi pembelanjaan untuk produk terlalu sedikit. Inflasi tidak diukur dengan hanya melacak harga satu item produk saja, tetapi diukur dengan mengumpulkan data untuk menentukan Indeks Harga Konsumen (IHK).

  1. IHK ini melacak harga beragam barang seperti pakaian, makanan, bahan bakar, kendaraan, dan lainnya dari waktu ke waktu, sehingga bisa diperoleh ukuran kenaikan harga barang dan jasa konsumen secara menyeluruh.
  2. Selain itu inflasi juga dapat dilihat dari pengaruhnya terhadap daya beli, dengan mengukur jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli konsumen dengan jumlah uang tertentu.

Misalnya uang sejumlah Rp 150 juta bisa untuk membeli sebuah mobil di tahun 2018. Namun di tahun 2019, jumlah uang tersebut tak cukup lagi untuk membeli mobil yang sama. Inflasi akan menggerus nilai uang dari waktu ke waktu, termasuk investasi. Oleh sebab itu, investor harus membeli produk investasi dengan tingkat pengembalian yang lebih besar atau setidaknya sama dengan tingkat inflasi. Bagaimana Pengaruh Inflasi Terhadap Nilai Uang Pengaruh inflasi terhadap aset dan investasi Inflasi memang tak selalu berpengaruh negatif, ada juga positifnya. Pengaruh positif dari inflasi ini dirasakan oleh mereka yang menjadi debitur dan pengusaha. Bagi debitur, inflasi menjadikan uang yang dikembalikan memiliki nilai lebih rendah dibandingkan saat meminjam.

Sementara bagi pengusaha, adanya inflasi memungkinkan pengusaha memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Meski memiliki pengaruh yang positif, namun secara umum dan lingkup yang lebih luas, pengaruh negatif inflasi cenderung lebih banyak, bahkan berpotensi membahayakan stabilitas ekonomi dan perekonomian nasional.

Dalam lingkup kecil pun, inflasi juga memiliki pengaruh yang buruk terhadap aset. Inflasi memberikan pengaruh yang sama terhadap semua jenis aset, baik likuid maupun non-likuid. Namun, aset likuid cenderung lebih rentan terhadap inflasi. Jika tingkat inflasi tinggi, maka dapat menyebabkan nilai aset likuid yang dimiliki individu dan bisnis mengalami penurunan.

Demikian pula halnya dengan investasi. Jenis investasi yang likuid di antaranya adalah saham, obligasi, dan reksa dana. Investasi ini juga dipengaruhi oleh inflasi, hanya saja jenis-jenis investasi tersebut cukup memiliki daya tahan dari gempuran inflasi, karena menghasilkan pengembalian dalam bentuk bunga.

Itulah salah satu alasan utama investor menempatkan uangnya dalam bentuk saham, obligasi, dan reksa dana. Investor berusaha menjaga simpanannya aman dari pengaruh inflasi. Seperti halnya simpanan di bank yang dijamin perlindungannya oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), investasi dalam bentuk sekuritas juga memiliki perlindungan dari lembaga khusus, yaitu PT.

Menitipkan aset dan memiliki rekening efek pada kustodian. Memiliki Sub Rekening Efek pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian yang dibukakan oleh kustodian. Memiliki nomor tunggal identitas investor SID (Single Investor Identification) dari lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.

Investasi dalam bentuk sekuritas baik saham, obligasi, maupun reksa dana memiliki tingkat pengembalian yang bervariasi. Oleh sebab itu, jenis-jenis investasi ini bergerak dengan inflasi, sehingga memiliki ketahanan terhadap risiko inflasi. Meski dilindungi dan memiliki ketahanan, namun bukan berarti investasi jenis sekuritas memiliki kekebalan mutlak terhadap pengaruh inflasi.

You might be interested:  Apa Yang Dimaksud Dengan Kartu Kredit?

Tingkat bunga nominal merupakan tingkat bunga tanpa penyesuaian terhadap inflasi. Artinya, Anda hanya akan mendapatkan tingkat bunga ini jika inflasi nol. Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal yang dikurangi dengan tingkat inflasi. Dengan kata lain, tingkat bunga riil merupakan selisih antara tingkat bunga nominal dengan tingkat inflasi. Tingkat bunga riil memperhitungkan inflasi, yang menunjukkan keuntungan atau kerugian aktual Anda dalam daya beli.

Agar investasi tidak terpengaruh buruk oleh inflasi, maka tingkat bunga nominal harus mengikuti bahkan melampaui inflasi, sehingga investor dapat memperoleh pengembalian riil. Namun, bagi investasi yang tingkat bunganya rendah, maka sulit untuk menghindar dari ‘pukulan’ inflasi. Berikut pandangan berkenaan dengan pengaruh inflasi terhadap berbagai investasi.

Tabungan

Tabungan merupakan investasi paling sederhana yang dapat dengan mudah dimiliki semua orang. Jenis investasi ini tergolong sebagai investasi dengan pengembalian tidak tetap, di mana suku bunga riil mengikuti saldo tabungan yang dimiliki. Tabungan mempunyai berbagai jenis produk dengan tingkat suku bunga yang bervariasi.

Namun umumnya tingkat suku bunga tabungan memang tak sebesar suku bunga pengembalian pada jenis investasi lain seperti saham dan reksa dana. Tingkat inflasi yang lebih tinggi dari tingkat bunga yang dibayarkan pada rekening tabungan, mengakibatkan nilai uang Anda tersebut akan mengalami penurunan seiring dengan berjalannya waktu.

Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi & Pergerakan Mata Uang

Meski tabungan merupakan simpanan yang menghasilkan bunga, namun dibandingkan dengan investasi sekuritas, tabungan memiliki tingkat bunga yang paling rendah. Bahkan tingkat bunga tabungan sering kali lebih rendah dibandingkan dengan tingkat inflasi. Meskipun Anda telah mengamankan dana Anda pada rekening tabungan dengan tingkat suku bunga rata-rata, namun hal tersebut tak bisa menghindari dari pukulan inflasi.

Inflasi bisa mengakibatkan nilai uang dalam tabungan Anda menjadi kecil sehingga daya belinya menurun. Jika Anda masih bekerja, maka penghasilan Anda harus bisa mengimbangi inflasi. Sebaliknya, apabila Anda telah pensiun, maka Anda akan lebih banyak menggantungkan biaya hidup dari tabungan pensiun Anda.

Ketika yang ada hanya passive income, tingkat inflasi dari tahun ke tahun akan terus mengurangi daya beli Anda. Sementara aset yang berupa uang tunai dan setara kas akan menerima pukulan paling keras dengan terjadinya inflasi. Sebab pada jenis aset tersebut tidak ada tingkat bunga dihasilkan yang digunakan untuk bersaing dengan tingkat inflasi.

Obligasi

Pengaruh inflasi bisa berbahaya bagi obligasi, karena termasuk jenis investasi pendapatan tetap. Kebanyakan investor memilih obligasi dengan tujuan untuk menghasilkan pendapatan yang stabil dalam bentuk pembayaran bunga tetap atau kupon. Ketika inflasi mengalami kenaikan di saat pembayaran bunga atau kupon ditetapkan, maka daya beli dari pendapatan tetap tersebut menurun.

Pembelian obligasi tidak akan mendapatkan pembayaran kembali sampai periode satu tahun berlalu. Selama 12 bulan ke depan, investor akan menerima pembayaran bunga atau kupon berdasarkan tingkat bunga nominal yang ditentukan. Pastikan uang yang diinvestasikan dalam bentuk obligasi tidak dibutuhkan setidaknya selama masa berlakunya obligasi.

Sebagai investasi dengan pendapatan tetap, obligasi cukup rentang terhadap inflasi. Meski umumnya suku bunga obligasi yang ditawarkan cukup tinggi, namun bukan berarti mampu bersaing bahkan kebal terhadap pukulan inflasi. Jika selama periode obligasi, tingkat inflasi tinggi, maka kinerja obligasi bisa sangat buruk.

Saham

Sebenarnya pengaruh yang sama bisa terjadi pada investasi saham, di mana tingkat inflasi bisa saja mengurangi pengembalian investasi, jika tingkat bunganya lebih rendah dari tingkat inflasi. Namun keunggulan investasi saham dibandingkan investasi lainnya adalah jenis investasi ini bisa digenjot dengan menaikkan harga produk perusahaan sehingga mampu mengimbangi laju inflasi, sehingga daya beli riil dapat mengalami peningkatan.

Sebaliknya, jika perusahaan tak berhasil menaikkan harga produknya maka dampak yang ditimbulkan pada kinerja saham tentu akan buruk. Sebab, tingkat inflasi yang lebih tinggi berisiko menyebabkan pengembalian rata-rata yang lebih rendah. Untuk mengantisipasi timbulnya kerugian yang lebih besar, Anda sebagai investor perlu melakukan diversifikasi portofolio investasi.

Artinya, jangan menempatkan seluruh uang pada satu jenis investasi saja, tetapi membaginya ke dalam beberapa investasi untuk menyebarkan risiko. Ketika tingkat inflasi tinggi, maka tingkat pengembalian yang akan Anda terima tidak akan turun secara drastis. Langkah untuk meminimalisir pengaruh buruk inflasi terhadap investasi Dari sekian banyak jenis investasi, saham dinilai lebih aman karena berpotensi memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap inflasi dibandingkan dengan obligasi atau deposito. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan bagi perusahaan penerbit saham untuk menaikkan harga guna menutupi biaya yang lebih tinggi.

Dengan begitu, kinerja perusahaan memiliki probabilitas untuk tumbuh pada tingkat yang sama atau bahkan lebih tinggi dari inflasi. Memang hal tersebut tidak terjadi di seluruh perusahaan penerbit saham. Oleh sebab itu, sebagai investor Anda harus jeli dan pandai dalam membaca dan menganalisis kinerja perusahaan yang akan dipilih untuk berinvestasi.

Jika Anda salah memilih perusahaan, maka Anda pun harus siap dengan segala risikonya, yakni mengalami kerugian bahkan gulung tikar. Harus disadari dan selalu diingat bahwa investasi di pasar saham memiliki risiko kerugian yang tinggi. Jadi, Anda harus siap untuk menerima baik keuntungan maupun kerugiannya.

Diversifikasi portofolio investasi. Jangan hanya menempatkan seluruh uang Anda pada satu jenis investasi saja, tetapi bagilah ke berbagai portofolio investasi. Tujuannya untuk meminimalisir risiko kerugian, sekaligus melindungi uang yang menjadi aset Anda dari inflasi. Memantau perkembangan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK), sehingga Anda bisa mengetahui dan bahkan menganalisis tingkat inflasi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap investasi Anda. Bekerjasama dengan konsultan keuangan profesional yang dapat memberikan masukan dan nasihat terkait dengan langkah yang perlu dilakukan untuk mengamankan uang Anda.

Terjadinya inflasi memang di luar kendali Anda, namun bukan berarti Anda tidak dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mempertahankan dan melindungi aset dan investasi Anda dari pengaruh negatifnya. Artikel Terkait

Tip Investasi di Peer To Peer Lending (P2P) Pengaruh Inflasi Terhadap Ekonomi Tempat Investasi Emas Aman dan Terpercaya Resiko Investasi di Bidang Properti

Demikianlah artikel tentang pengaruh inflasi terhadap investasi, semoga bermanfaat bagi Anda semua.
Lihat jawaban lengkap

Inflasi adalah suatu keadaan dimana harga harga?

Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi, yakni penurunan harga barang secara umum dan terus menerus. Perhitungan inflasi dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), link ke metadata SEKI-IHK.

  1. Bahan Makanan.
  2. Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau.
  3. Perumahan.
  4. Sandang.
  5. Kesehatan.
  6. Pendidikan dan Olahraga.
  7. Transportasi dan Komunikasi.

Data pengelompokan tersebut didapatkan melalui Survei Biaya Hidup (SBH), Di samping pengelompokan berdasarkan COICOP tersebut, BPS saat ini juga mempublikasikan inflasi berdasarkan pengelompokan lainnya yang dinamakan disagregasi inflasi. Disagregasi inflasi dilakukan untuk menghasilkan indikator inflasi yang menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental.

  1. Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten ( persistent component ) di dalam pergerakan ​inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti:
    • Interaksi permintaan-penawaran.
    • Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang.
    • Ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen.
  2. Inflasi non-Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non-inti terdiri dari:
    • Inflasi Komponen Bergejolak ( Volatile Food ): Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.
    • Inflasi Komponen Harga yang diatur oleh Pemerintah ( Administered Prices ): Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll.
You might be interested:  Aliran Dana Dari Masyarakat Yang Masuk Ke Bank Disebut Kredit?

Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply ( cost push inflation ), dari sisi permintaan ( demand pull inflation ), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara mitra dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (A dministered Price ), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.

Faktor penyebab demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total ( agregate demand ) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian.

Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut dapat bersifat adaptif atau forward looking, Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum provinsi (UMP).

Meskipun ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari kondisi supply-demand tersebut. Demikian halnya pada saat penentuan UMP, pedagang ikut pula meningkatkan harga barang meski kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong peningkatan permintaan.

Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian ( uncertainty ) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan.

Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai Rupiah.

  • Eempat, pentingnya kestabilan harga kaitannya dengan SSK (referensi).​ Melalui amanat yang tercakup di Undang Undang tentang Bank Indonesia, tujuan Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah.
  • Estabilan nilai Rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang​ dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.

Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai oleh Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya.

  • Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur dengan mudah.
  • Dalam upaya pencapaian tujuannya, Bank Indonesia menyadari bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi dan pengendalian inflasi perlu diselaraskan untuk mencapai hasil yang optimal dan berkesinambungan dalam jangka panjang.

​ Kebijakan moneter Bank Indonesia ditujukan untuk mengelola tekanan harga yang berasal dari sisi permintaan agregat ( demand management ) relatif terhadap kondisi sisi penawaran. Kebijakan moneter tidak ditujukan untuk merespons kenaikan inflasi yang disebabkan oleh faktor yang bersifat kejutan dan bersifat sementara ( temporer ) yang akan hilang dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu.

  • Sementara itu, inflasi juga dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari sisi penawaran ataupun yang bersifat kejutan ( shocks ) seperti kenaikan harga minyak dunia dan adanya gangguan panen atau banjir.
  • Dari bobot dalam keranjang IHK, bobot inflasi yang dipengaruhi oleh faktor penawaran dan kejutan diwakili oleh kelompok volatile food dan administered prices yang mencakup kurang lebih 40% dari bobot IHK.

Dengan demikian, kemampuan Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi relatif terbatas apabila terdapat kejutan ( shocks ) yang sangat besar, seperti ketika terjadi kenaikan harga BBM di tahun 2005 dan 2008, sehingga menyebabkan adanya lonjakan inflasi.

Dengan pertimbangan bahwa laju inflasi juga dipengaruhi oleh faktor yang bersifat kejutan tersebut maka pencapaian sasaran inflasi memerlukan kerjasama dan koordinasi antara Pemerintah dan Bank Indonesia melalui kebijakan makroekonomi yang terintegrasi baik dari kebijakan fiskal, moneter maupun sektoral.

Lebih jauh, karakteristik inflasi Indonesia yang cukup rentan terhadap kejutan-kejutan ( shocks ) dari sisi penawaran memerlukan kebijakan-kebijakan khusus untuk permasalahan tersebut. Dalam tataran teknis, koordinasi antara Pemerintah dan Bank Indonesia telah diwujudkan dengan membentuk Tim Koordinasi Penetapan Sasaran, Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat sejak tahun 2005.

Anggota TPI, terdiri dari Bank Indonesia dan kementerian teknis terkait di Pemerintah seperti Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Perhubungan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Sekretaris kabinet, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

​ Menyadari pentingnya koordinasi tersebut, sejak tahun 2008, pembentukan TPI diperluas hingga ke level daerah. Ke depan, koordinasi antara Pemerintah dan BI diharapkan akan semakin efektif dengan dukungan forum TPI baik pusat maupun daerah sehingga dapat terwujud inflasi yang rendah dan stabil, yang bermuara pada pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan berkelanjutan.

​ Target atau sasaran inflasi merupakan tingkat inflasi yang harus dicapai oleh Bank Indonesia, berkoordinasi dengan Pemerintah. Penetapan sasaran inflasi berdasarkan UU mengenai Bank Indonesia dilakukan oleh Pemerintah. Dalam Nota Kesepahaman antara Pemerintah dan Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan untuk tiga tahun ke depan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK).

Berdasarkan PMK No.101/PMK.010/2021 tanggal 28 Juli 2021 tentang Sasaran Inflasi tahun 2022, tahun 2023, dan tahun 2024, sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2022 – 2024, masing-masing sebesar 3,0%, 3,0%, dan 2,5%, dengan deviasi masing-masing ±1%.

  1. Sasaran inflasi tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaku usaha dan masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya ke depan, sehingga tingkat inflasi dapat dijaga pada tingkat yang rendah dan stabil.
  2. Salah satu upaya pengendalian inflasi menuju inflasi yang rendah dan stabil adalah dengan membentuk dan mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat agar mengacu pada sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Angka target atau sasaran inflasi dapat dilihat pada situs Bank Indonesia atau situs instansi Pemerintah lainnya seperti Kementerian Keuangan, Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, atau Bappenas. Sebelum UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Lihat jawaban lengkap

Bagaimana pengaruh jumlah uang beredar terhadap perekonomian?

Hasil penelitian menunjukkan jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap per- tumbuhan ekonomi dengan koefisien regresi sebesar 0,804 dan nilai sig 0,016 jumlah uang beredar maka pertumbuhan ekonomi semakin tinggi.
Lihat jawaban lengkap